Mona dan Kuya |
Kemarau panjang melanda hutan. Siang itu panas mentari begitu terik, angin bertiup begitu kencang, dan petir menyambar bertalu-talu. Aduh gimana ini? masa musim kemarau petirnya menyambar? oke lanjut. Saat itu memang musim kemarau yang panjang dan kering, namun itu tak membuat Mona dan Kuya untuk tak membawa payung. Lho kok?
Iya, Mona adalah nama seorang monyet. Berhubung monyetnya nakal, maka diberi nama Mona. Begitu juga Kuya adalah nama dari sebiji kura-kura. Karena kura-kuranya asal Cianjur maka diberi nama Kuya. Itulah sekilas riwayat hidup mereka berdua.
Mona dan Kuya berdebat hebat! Mereka ingin menanam pohon pisang. maklum pisang kan tanaman yang tidak mengenal musim, dia bisa tumbuh walaupun di musim kemarau. Mungkin karena menurut ilmu fisika pisang termasuk tanaman jenis ganggang yang tak mengenal musim. Haha Sok tahu. Sejak kapan fisika membahas itu? Sejak kapan juga pisang itu sejenis ganggang?
Kira-kira perdebatan mereka seperti ini :
Kuya : "Saya tidak terima tabung gas naik! Pemerintah harus bertanggung jawab!"
Mona : "Kenapa?!"
Kuya : "Ini melanggar konstitusi! Karena tidak sesuai Undang-Undang!"
Mona : "Lalu apa tuntutanmu?"
Kuya : "Turunkan harga! Turunkan harga!"
Kok seperti percakapan demo mahasiswa. Maaf, bukan itu.
Yang benar seperti ini :
Mona : "Tanam pohon pisang itu dari bunganya! Bukan dari anaknya!"
Kuya : "Tidak mungkin! yang benar itu dari anaknya!"
Mona : "Buganya!"
Kuya : "Anaknya!"
Mona : "Buganyaa!"
Kuya : "Anaknya!"
Mona : "Kita buktikan!"
Kuya : "Hayo!"
Mereka dari tadi berdebat cara menanam pohon pisang. Apakah itu dari bunganya atau dari anak pohonnya. Sampai akhirnya mereka buktikan. Maklum, di hutan kan tak ada sekolah. Mona dengan sigap ngambil cangkul dan membenamkan bunga pisang yang berwarna merah itu di tanah. Kuya juga tak mau kalah, dia benamkan anak pohon pisang tak jauh dari tempat Mona menanam. Mereka beri pupuk dan menyirami air.
Waktu berjalan semakin cepat. Ajaib! Tanaman Mona tumbuh. Tumbuh membusuk. Mungkin karena kecerdasannya menanam. Berbeda dengan Kuya pohon pisangnya tumbuh ke atas, bukan ke samping. Mona sedih melihat tanamannya itu, sedangkan di sampingnya tumbuh subur tanaman Kuya. Timbullah dendam di hatinya.
"Awas kau Kuya! Akan kubalas!"
Saat balas dendam pun tiba, pohon pisang Kuya sudah berbuah lebat dan matang. Warnanya kuning keemasan, bebaris rapi seperti polisi upacara. Buahnya mengkal menggoda. Mata mona langsung kuning melihat pisang matang di hadapannya. Saatnya memetik hasilnya. "Walaupun kau berhasil menanam, tapi kau gagal mengetam." batin Mona. "Aku memang makhluk paling cerdas, Kuya itu apa? Dia tak bisa memanjat." Akhirnya Mona pun mulai beraksi. Tiba-tiba Kuya datang!
"Hey Mona! Apa yang sedang kau lakukan?" Mona kaget. Kenapa Kuya datang saat seperti ini. Mona terdiam.
"Sudah kubilang, tapi kau tak percaya. Menanam pohon pisang itu dari anaknya, bukan dari bunganya." "Tuh lihat hasilnya!" Sambung Kuya.
"Iya, kau memang benar." Rasa kesal pun semakin besar. Ditambah lagi aksinya gagal untuk mencuri pisang-pisang itu yang baginya bak batangan emas.
"Bisakah kau bantu aku ambilkan pisang-pisang itu?" Wah ini kesempatanku, pikir Mona.
"Oh tentu dengan senang hati." Jawabnya dengan senyum mengembang.
Diberikannya karung oleh Kuya, dengan cepat Mona langsung berada di puncak pohon. Satu persatu pisang dipetik. satu persatu juga rasa senang di hatinya memercik. Akhirnya, karung itu dibawa kabur oleh Mona. Bersama dengan kepuasannya balas dendam. Mona tertawa bangga. "Rasakan itu Kuya! Sampai kapan pun kau tak bisa mengalahkanku!"
Kuya berjalan dengan santai, dia tak marah. Mau dikejar pun dia tak bisa berlari. Dengan senyum yang sumringah dia tapaki jalan yang brtabur pisang. Betapa kagetnya Mona melihat karung yang dibawanya kosong. karungnya sudah dilubangi. Dia pun berbalik arah. Tampak Kuya sedang menunyah pisang dengan lezatnya dan tertawa bangga. Mona tambah kesal. Dia tak mendapat apa-apa.
"Orang cerdas pake ini." Dengan isyarat ke kepalanya.
TAMAT
Copyright ©2014. Muzhoffar
Itulah persembahan untuk Sobat Sanggar Kata. Semoga bisa menghibur dan bisa mengambil hikmah.
Hikmahnya apa sob?