-->

Antara Aceh dan Jakarta

No comments

Antara Aceh dan Jakarta
CERPEN CINTA | Aku close mic dan disambut tepuk tangan meriah para peserta. Aula kampus itu bergemuruh. Aku berjalan menuruni panggung, dua orang gadis berjilbab mendekat. Seorang dari mereka berkata.

“Kak, boleh minta tanda tangannya?”

“Oh tentu.” Gadis itu tersenyum dan menyodorkan halaman pertama buku. Lalu kunodai dengan coretan penaku dan kutulis namaku Kahlil Gibran.

“Makasih ya kak.”

“Sama-sama. Oh iya siapa nama kamu tadi? Saya lupa.”

Khalila.”

Kedua gadis itu pun pamit dan berlalu dari hadapanku. Gadis cantik dan cerdas. Aku suka gayanya saat dia mencercaku dengan pertanyaan saat acara seminar tadi. Tak aneh jika dia mampu mendapatkan doorprise yang telah kusiapkan. Sebuah buku karyaku.

Kulihat pesan masuk di BBM, ada pesan dari Alia.
“Mas, gimana seminarnya? Jangan lama-lama disananya. Kalo dah slese cepet pulang ya. Banyak hal yang harus kita siapin.”

“Iya sayang.. Mas pasti cepet pulang. Kamu mau dibawain oleh-oleh apa?”

Seseorang mengagetkanku dari belakang.

“Eh, Fadhli sialan lu ngagetin aja.”

“Gila lu ya, dah jadi orang sukses nih. Kenapa lu gak bilang-bilang kalau mau ke Aceh?”

“Kan gua dah bilang sama lu, gua mau ngisi seminar di Universitas Gajah Putih.”

“Itulah, gua sempatin jemput lu kesini. Pokokya lu harus mampir ke rumah gua dulu, terus kita jalan-jalan. Biar gua tunjukin tempat-tempat bagus di sini.”

“Tapi, gua harus cepet cabut lagi ke Jakarta lagi bro.”

“Yaelah lu, kapan lagi coba? Pokoknya kalo lu gak ke rumah gua, lu gak boleh injak lagi tanah rencong!”

Aku tak punya pilihan, kupersilahkan timku pulang duluan ke Jakarta. Fadhli memang sahabat dekatku lebih dari saudara. Kami bertemu saat kuliah di Jakarta. Saat itu dia sudah sering datang ke rumahku yang baginya sudah seperti rumah sendiri. Inilah saatnya aku mengunjunginya.

Darinya aku tahu kalau dia bukan orang aceh, tapi orang gayo. Iya, Aceh itu punya banyak suku, ada suku aceh, suku gayo, suku alas, dll. Katanya yang merupakan penduduk asli Aceh ya suku gayo ini, yang kebanyakan tinggal di kawasan Aceh Tengah dan sekitarnya. Tari saman yang terkenal itu pun berasal dari sini. Satu lagi yang membuatku penasaran yaitu kopinya. Kopi gayo yang memang sudah berkwalitas dunia!

Danau Lut Tawar
Sore itu Fadhli mengajakku ke sebuah kafe. Dua cangkir kopi panas terhidang. Aromanya memanjakan jiwa. Di tambah lagi dengan keindahan Danau Lut Tawar yang memanjakan mata. Seakan kuberada di potongan telaga surga.

“Gimana rasanya?”

“Sumpah mantep banget.”

“Ini baru kopinya bro. belum lagi makanan yang lainnya. Makanya lu musti di sini dulu, bila perlu lu jadi orang sini aja. Hehe” Ledeknya.

“Sialan lu, enak banget lu ngomong. Oh iya, nanti bulan depan lu datang ya ke Jakarta?”

“Ada acara apa emang?”

“Beberapa hari yang lalu lamaran gua diterima oleh seorang gadis, terus tanggal pernikahan pun telah ditentukan.”

“Alhamdulillah. Siapa namanya? Orang mana?”

“Udah lu ah gak usah banyak nanya, mendingan nanti lu liat aja sendiri.”

“Oke bos.. siip dah. Buat lu apa sih yang nggak. Haha.” Fadhli memang tak pernah berubah, tertawanya pun masih sama seperti dulu.

“Oh iya, dimana ya tempat yang bagus buat beli oleh-oleh khas gayo?”

“Ayo gua tunjukin oleh-oleh yang paling bagus buat lu bawa ke jakarta.”

Baru beberapa langkah dari pintu kafe, hujan menghentikan langkah kami. Sore yang miris. Langit menangis histeris. Kami buru-buru masuk mobil. Kulajukan dengan cepat. Bannya berdecit. Kutapaki jalan aspal berkelok di pinggiran Danau Lut Tawar. Onggokan tebing berdiri gagah di sebelah kiri. Malam mulai turun. Lampu-lampu kendaraan menyilaukan mata. Berkali-kali ban mobil masuk jalan yang berlubang. Mobil pun berguncang.

“Pelan-pelan dong!” Seru fadhli di sampingku.

“Sorry broo, maklumlah supir tembak. Hahaha” Aku berhati-hati. Sial ada lagi lubang besar menganga di belokan sana. Kucoba menghindarinya. Tiba-tiba, Sebuah sepeda motor melesat di hadapanku. Suara Klakson membentak telinga. Cahaya lampunya menyilaukan mata. Semakin dia dekat, semakin silau. Semakin di luar kendali. Fadhli berteriak.

“Awaassss!!!”

Dan semua gelap. >>Bersambung . .
Cerita selanjutnya Antara Aceh dan Jakarta 2
© Muzhof. Sanggar Kata

===
Nantikan cerita selanjutnya dengan judul Antara Aceh dan Jakarta, Jangan lewatkan Cerpen Cinta yang lainnya..

Comments

masawan_moveElement('after',setting.taghtml,setting.index,'content-ads','article-post','beforeend'); });