Berjalan menuju
tenda membuat mata kakiku perih
Matahari memelototiku dari jauh
Matahari memelototiku dari jauh
Lidahnya
menjulur julur menjilati ubun-ubunku
Sementara
ini sudah hampir setengah jam
Di tengah perjalanan
aku melintasi bukit kering
Banyak
batunya mencuat ke langit
Serasa
menari ditengah padang ranjau
Begitu
teliti dan hati-hati
Kulitku
robek keringat mengalir deras
Debu jadi
kian lekat di tiap sudut tubuhku
Sampai aku
tak mengenali diriku sendiri
Aku hampir
sampai
Kini kakiku
menghantam sawah yang ditmbuhi patok kayu
Batangnya adalah
tali tambang
Dan di
pucuknya terikat sapi tak ada empunya
Guk guk guk!
Sial empunya
datang
Anjing-anjing
itu membuat hatiku merah jambu
Aku lari
panik sama sekali
Tangan maut
serasa meraih raih tubuhku
Semakin cepat
tiang tubuhku ayun,
Semakin
gatal leher-leher itu meneriaki
Aku meradang
menerjang
Meski si cantik
putri malu menusuk telapak kaki
Jakarta, 20
april 2014
===
Sebuah tulisan dari sahabat Sanggar. Ilham Fauzi, silahkan baca kiriman dari Sahabat
Mantap puisinya