Senja di Lembah Pelangi |
Rumah-rumah papan kau temui sesekali dalam rimbun kebun kopi yang berbunga. Kala senja tiba turun ke lembah, kabut tipis menyelimuti dan menyamarkan cahaya kuning keemasan. Orang-orang bergegas pulang, sementara kesunyian merayapi perlahan.
"Lembah itu begitu subur, tak ada orang miskin disana. tanah surga yang mereka tanami, semua yang tertanam akan berbuah lebat dan bermutu tinggi tapa perlu dipupuk. Jalanan yang kau tempuh tadi, dulu adalah jalan tanah berbatu. Saat musim hujan, jalan itu tak akan berbaik hati mengizinkamu lewat begitu saja. perlu waktu seharian dari tempatmu untuk menuju kesana.
Tak ada pasar seperti di tempatmu. Angkutan umum hanya ada seminggu sekali dengan ongkos yang mahal. semua orang pasti akan mengeluhkan keadaan ini. namun mereka tak pernah bersusah hati, semua yang mereka inginkan disediakan alam. Tuhan begitu tahu yang mereka butuhkan, dan alam memberi segalanya.
"Walau pun listrik telah bergegas masuk ke lembah ini, namun ilmu pengetahuan hanya merangkak perlahan.
"Penduduk disana begitu senang saat ada orang asing memberi pelajaran disana, antusias mereka begitu tinggi. berawal dari itulah hatinya terketuk untuk mendirikan lembaga pendidikan disana.
Jangan pernah kau bayangkan gedung sekolah elit diperkotaan! di balik dinding kayu mereka teriakan A-B-C-D dengan lantang. dengan bara semangat yang memerah. setiap hari kepala sekolah itu berjalan payah kesana. Seseorang yang selalu dirindukan anak-anak disana. mereka akan menanti datangnya guru-guru dari sebrang bukit. Anak-anak itu sekolah dengan bermodalkan sendal jepit dan kantong plastik hitam tempat buku mereka.
Di bulan-bulan awal dia biarkan mereka keadaan mereka yang tidak rapih, hanya beberapa orang yang berpakaian lengkap layaknya anak sekolah. sampai akhirnya dia mesara kesal dengan keadaan itu. saat dia bertanya, "Kenapa kalian tidak memakai sepatu?!"
"Kami tidak punya bu. Kalau kita pakai sepatu nanti akan susah saat lewat jalanan becek itu, Tanahnya kan lengket bu."
Hati yang sempat marah pun tak bisa berkata apa-apa. Dia mengelus hati dengan lembaran keprihatinan. Dia tak bisa menyalahkan anak-anak, sampai akhirnya para guru berunding mencari solusi, lalu mereka mengumpulkan anak-anak, kepala sekolah pun berkata, "Anak-anakku sayang, kalian tak perlu khawatir lagi pergi ke sekolah di musim hujan, kami para guru sudah membelikan kalian sepatu boot satu orang satu. tapi syaratnya kalian harus rajin pergi ke sekolah."
"Dan kalau musim kemarau tiba, kalian tetap memakai sepatu biasa." tambahnya. anak-anak bersorak sorai gembira. ada pelangi yang terlihat di mata mereka.
Saat musim panen raya tiba, penduduk lembah itu begitu bergembira. Tanah surga itu memberi hasil yang sangat memuaskan. Memberi mereka kehidupan yang beranjak lebih baik. dengan penuh semangat para guru datang ke sekolah, namun saat tiba disana, hingga siang hari tak seorang pun murid hadir disana. mereka heran, dari informasi yang mereka dengar, anak-anak membantu orang tuanya panen di kebun. hati mereka tergelitik tawa.lanjutkan membaca
"Lembah itu begitu subur, tak ada orang miskin disana. tanah surga yang mereka tanami, semua yang tertanam akan berbuah lebat dan bermutu tinggi tapa perlu dipupuk. Jalanan yang kau tempuh tadi, dulu adalah jalan tanah berbatu. Saat musim hujan, jalan itu tak akan berbaik hati mengizinkamu lewat begitu saja. perlu waktu seharian dari tempatmu untuk menuju kesana.
Tak ada pasar seperti di tempatmu. Angkutan umum hanya ada seminggu sekali dengan ongkos yang mahal. semua orang pasti akan mengeluhkan keadaan ini. namun mereka tak pernah bersusah hati, semua yang mereka inginkan disediakan alam. Tuhan begitu tahu yang mereka butuhkan, dan alam memberi segalanya.
"Walau pun listrik telah bergegas masuk ke lembah ini, namun ilmu pengetahuan hanya merangkak perlahan.
"Penduduk disana begitu senang saat ada orang asing memberi pelajaran disana, antusias mereka begitu tinggi. berawal dari itulah hatinya terketuk untuk mendirikan lembaga pendidikan disana.
Jangan pernah kau bayangkan gedung sekolah elit diperkotaan! di balik dinding kayu mereka teriakan A-B-C-D dengan lantang. dengan bara semangat yang memerah. setiap hari kepala sekolah itu berjalan payah kesana. Seseorang yang selalu dirindukan anak-anak disana. mereka akan menanti datangnya guru-guru dari sebrang bukit. Anak-anak itu sekolah dengan bermodalkan sendal jepit dan kantong plastik hitam tempat buku mereka.
Di bulan-bulan awal dia biarkan mereka keadaan mereka yang tidak rapih, hanya beberapa orang yang berpakaian lengkap layaknya anak sekolah. sampai akhirnya dia mesara kesal dengan keadaan itu. saat dia bertanya, "Kenapa kalian tidak memakai sepatu?!"
"Kami tidak punya bu. Kalau kita pakai sepatu nanti akan susah saat lewat jalanan becek itu, Tanahnya kan lengket bu."
Hati yang sempat marah pun tak bisa berkata apa-apa. Dia mengelus hati dengan lembaran keprihatinan. Dia tak bisa menyalahkan anak-anak, sampai akhirnya para guru berunding mencari solusi, lalu mereka mengumpulkan anak-anak, kepala sekolah pun berkata, "Anak-anakku sayang, kalian tak perlu khawatir lagi pergi ke sekolah di musim hujan, kami para guru sudah membelikan kalian sepatu boot satu orang satu. tapi syaratnya kalian harus rajin pergi ke sekolah."
"Dan kalau musim kemarau tiba, kalian tetap memakai sepatu biasa." tambahnya. anak-anak bersorak sorai gembira. ada pelangi yang terlihat di mata mereka.
Saat musim panen raya tiba, penduduk lembah itu begitu bergembira. Tanah surga itu memberi hasil yang sangat memuaskan. Memberi mereka kehidupan yang beranjak lebih baik. dengan penuh semangat para guru datang ke sekolah, namun saat tiba disana, hingga siang hari tak seorang pun murid hadir disana. mereka heran, dari informasi yang mereka dengar, anak-anak membantu orang tuanya panen di kebun. hati mereka tergelitik tawa.lanjutkan membaca